Ganjar Pranowo dan Pelajaran Banjir Rob Semarang

Jawa Tengah berduka. Provinsi Ganjar Pranowo dilanda bencana banjir sejak Senin (23 Mei 2022) tepat di kawasan pantai utara Kota Semarang, Jawa Tengah. Bencana telah menenggelamkan sejumlah tidak berubah.

Menurut laporan yang berkembang, 6 RW terdampak banjir yang meminta bantuan. Diantaranya RW 001, 012, 013, 014, 015 dan 016 di Desa Tanjung Mas, lebih tepatnya di Tambak Rejo. Selain itu, Pelabuhan Tanjung Emas juga terendam air pasang setinggi 1,5 meter.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Semarang, penyebab gelombang pasang tersebut adalah fenomena perigee, atau jarak terdekat antara Bumi dan Bulan. Dampak utama dari fenomena perigee adalah peningkatan pasang surut akibat faktor gravitasi BIMO.

Selain bencana yang menimpa Semarang yang bernuansa alam sangat kental, sebagaimana dijelaskan BMKG, banjir di Semarang merupakan peristiwa alam yang disebut juga force majeure control, yang pada prinsipnya dijadikan punk erlichenle karena masalah politik yang dihadapi. Namun, wacana hangat jelang Pilpres 2024 tentu akan memicu wacana narasi pemilu pada setiap bencana, termasuk yang terjadi di Semarang.

Bahkan, Megawati Ganjar Pranowo pernah memperingati pelabuhan Semarang dalam webinar yang diadakan BMKG tahun lalu. Mega mengulangi peringatan itu lagi pada 2021. Hal itu disampaikan Megawati saat Pengarahan pada acara Diklat Bencana Gempa dan Tsunami PDI Perjuangan yang disiarkan di akun YouTube PDI Perjuangan pada Rabu 4 Agustus 2021.

Tentu saja peringatan-peringatan tersebut sangat sesuai dengan konteks dan tema acara, namun bukan berarti Megawati sudah memperhitungkan kapan banjir akan melanda pada 2022.

Sebagai gubernur, Ganjar sendiri telah melakukan langkah koordinasi di pantai utara Jawa Tengah sebagai bentuk pengendalian banjir-banjir. Agenda ini dikukuhkan oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi. Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah diperingatkan akan ancaman fenomena pasang surut air laut di pesisir Jawa Tengah. Pak Gub juga telah memperingatkan papan atas regional. Sebelumnya di kawasan pantai utara juga ada keluhan serupa. Hanya saja melebihi ekspektasi kami,” kata Hendrar, Senin lalu.

Sementara itu, masyarakat tentu tidak ingin hanyut dengan wacana yang bertentangan dengan Megawati dan Ganjar. Keterbukaan informasi publik yang dapat diakses di berbagai media memiliki keselarasan antara yang ditampilkan, pada tataran pemikiran dan dengan segala kewenangan yang dimiliki pada politisi masing-masing. Namun, pada akhirnya, fenomena banjir Semarang menawarkan beberapa pelajaran kebijakan untuk efektivitas.

Pertama, merumuskan kebijakan dan agenda pemerintah tidak semudah yang dipikirkan orang. Bencana banjir ini merupakan salah satu contoh bagaimana inisiatif pimpinan partai dan gubernur masih datang dari bupati/walikota sebagai “pemilik” daerah dengan segala kewenangan politik yang dimiliki pada tingkat keserakahannya masing-masing.

Namun, seperti halnya kekuasaan presiden, kekuasaan gubernur dibatasi oleh konstitusi yang mengatur pembagian kekuasaan. Mereka harus terus mengandalkan keterampilan dan kemauan politik para elit lainnya, bahkan di level terbawah. Sayangnya, hingga saat ini, koordinasi kebijakan seringkali menjadi momok di pemerintahan kita. Apalagi jika mencakup program-program yang walaupun penting bagi masyarakat, namun belum tentu lebih mendesak dan penting di semua daerah pada saat yang bersamaan, seperti Ambil agenda ini untuk memerangi banjir rob, misalnya.

Kedua, bahwa ancaman perubahan iklim itu nyata dan harus menjadi perhatian kita semua. Perubahan iklim telah menjadi isu global yang perlu menjadi aset dan kebijakan politik akar rumput, tidak hanya untuk konsumsi di tingkat elit, apalagi untuk didiskusikan di ruang akademik para pemerhati lingkungan.

Perhatian terhadap ancaman perubahan iklim harus lebih diintensifkan oleh para pemimpin pemerintahan karena sangat dinamis dan seringkali tidak dapat diprediksi dengan pasti. Bencana banjir di Semarang membuktikan sekali lagi bahwa dampak perubahan iklim seringkali jauh lebih besar dari yang diperkirakan atau bahkan lebih cepat dari perkiraan.

Bagi Ganjar sendiri, fenomena banjir di Semarang tentu akan memperkaya pemikiran dan pengalamannya dalam pemerintahan.

Posted in Berita Terkini